About Me

saya bukanlah pebisnis internet yang sukses. Saya hanyalah seorang mahasiswa kedokteran yang ingin membagi pengetauan yang saya miliki...

search

Selasa, 31 Maret 2009

TRAUMA KEPALA

HEAD INJURY
Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi, dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah trauma.
Tipe trauma kepala

Trauma kepala terbuka

Trauma kepala tertutup (Komusio serebri/Gegar otak, Kontusio serebri /Memar otak, Perdarahan sub dural, Perdarahan Intraserebral )

Trauma kepala terbuka

Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi duramater.Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak
Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak.

Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah :
Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid )
Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )
Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung )
Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )
Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)





Komplikasi
Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan perdarahan / serosanguinis.





Trauma kepala tertutup

Komusio serebri ( Gegar otak )
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kurang dari 10 menit ). Gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda didepan mata dan linglung

Kontusio serebri (Memar otak )

Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang akan menimbulkan edema jaringan otak di daerah sekitarnya

Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi dibedakan atas koup kontusio dimana lesi terjadi pada sisi benturan, dan tempat benturan. Pada kepala yang relatif diam biasanya terjadi lesi koup, sedang bila kepala dalam keadaan bebas bergerak akan terjadi kontra koup.

Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang makin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral. SEdangkan perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang tidak membaik setelah beberapa hari.

Perdarahan sub dural

Merupakan perdarahan antara duramater dan arakhnoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Perdarahan subdural dibedakan atas akut, subakut, dan kronis





Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak. Tanda-tanda akan gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan kantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, dan gelisah. Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.





Perdarahan subdural subakut, biasanya berkembang 7 sampai 10 hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat. Tekanan serebral yang terus-menerus menyuebabkan penurunan tingkat kesadaran yang dalam

Perdarahan subdural kronik, terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa mingggu
atau bulan. Keadaan ini pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.

Perdarahan Intraserebral

Merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Perdarahan mungkin menyertai contra coup phenomenon. Kebanvalan dihubungkan dengan kontusio dan terjadi dalam area frontal dan tem poral. Akibat adanya substansi darah dalam jaringan otak akan menimbulkan edema otak. Gejala neurologik tergantung dari ukuran dan lokasi perdarahan.





Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula de ngan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.

Faktor kardiovaskuler

Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas atipikal miokardial, perubahan tekanan vaskuler dan edema paru.
Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan atrium kiri adalah terjadinya edema paru.

Faktor Respiratori

Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru atau hipertensi paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi aliran darah. Bila PO2 rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan terjadi alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF (cerebral blood fluid).
Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan tingginya tekanan intra kranial (TIK) yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak atau medulla oblongata.

Faktor metabolisme

Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium dan air dan hilangnya sejumlah nitrogen
Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap hipotalamus, yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
Faktor gastrointestinal

Trauma kepala juga mempengaruhi sistem gastrointestinal. Setelah trauma kepala (3 hari) terdapat respon tubuh dengan merangsang aktivitas hipotalamus dan stimulus vagal. Hal ini akan merangsang lambung menjadi hiperasiditas.

Faktor psikologis

Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, trauma kepala pada pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa yang timbul pascatrauma akan mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan penurunan kesadaran dan penurunan fungsi neurologis akan mempe ngaruhi psikososial pasien dan keluarga.

Pemeriksaan diagnostik

X-Ray tengkorak
CT-Scan
Angiografi

Penatalaksanaan medis
pada trauma kepala

Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
Pemberian analgetika.
Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole
Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Pembedahan.

Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dekstrosa 5% 8 jam pertama, ringer dekstrose 8 jam kedua dan dekstrosa 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500-3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urea N. Read More..

Minggu, 29 Maret 2009

Waspada Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama di dunia saat in bersama stroke. Tiap 34 detik satu orang meninggal karena penyakit ini.

Menurut ahli internis kardiologis RS Pusat Pertamina Jakarta dr Djoko Maryono, berdasarkan survei Lembaga JNC 7 dan NCEP ATP III, ada dua faktor risiko PJK, yaitu faktor yang bisa diubah dan yang tidak bisa diubah. ''Yang tidak bisa diubah misalnya umur. Makin tua seseorang, maka makin gampang dia terkena penyakit jantung koroner,'' kata Djoko pada pemaparan hasil studi Anglo Scandinavian Cardiac Outcames Trial (ASCOT) tentang CVD.

Pria yang berusia diatas 55 tahun dan wanita yang berusia diatas 65 tahun, ujar Djoko, sangat rentan terserang PJK. Namun, kini mereka yang berusia muda pun sudah ada yang terserang PJK.

Selain umur, riwayat keluarga dan jenis kelamin juga merupakan faktor yang tidak bisa berubah. Anak dari orang tua yang menderita PJK mempunyai kemungkinan besar terserang penyakit ini. Sedangkan kaum pria lebih gampang terkena penyakit ini dibandingkan wanita. Faktor yang bisa diubah adalah kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, hipertensi, obesitas (terutama di perut), kurang aktivitas fisik, dan diabetes.

Pria yang lingkar perutnya di atas 90 sentimeter dan wanita lebih dari 80 sentimeter mempunyai kecenderungan kuat terkena penyakit ini. ''PJK lebih banyak menyerang penduduk di wilayah Asia Pasifik jika dibandingkan kawasan lain. Ini karena penduduk negara-negara Asia Pasifik kurang berolahraga,'' papar Djoko.

Joko menyatakan tidak ada gejala-gejala yang spesifik dari PJK. Tapi biasanya gejalanya persis seperti orang masuk angin. Makanya, penyakit ini sering disebut sindrom masuk angin. Berdasarkan pengamatannya, orang yang mempunyai gejala masuk angin, setelah dicek ternyata 20 persen di antaranya positif menderita PJK.

Secara umum orang yang menderita PJK menujukkan gejala-gejala lemas, nyeri di dada kiri yang kemudian menjalar ke lengan kiri dan leher yang disertai kembung di perut. ''Jika Anda merasa masuk angin dengan disertai beberapa gejala tersebut, segera bawa ke dokter. Jangan remehkan masuk angin karena bisa jadi itu merupakan gejala jantung koroner,'' tandasnya.

Jika suatu saat Anda terserang gejala-gejala PJK, maka ada beberapa hal yang harus Anda lakukan :



1. Segeralah beristirahat dan jangan banyak bergerak. Ini untuk mengurangi gejala-gejala yang timbul semakin parah.

2. Jika di rumah Anda tersedia obat Aspirin 500 mg, segeralah diminum untuk mengurangi rasa sakit.

3. Segeralah pergi ke dokter atau rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.


Sedangkan untuk mencegah PJK, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai berikut:


1. Pola makan yang sehat. Jauhilah makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, seperti junk food (makanan tak sehat karena mengandung lemak dan gula berlebihan).

2. Jauhi stres.

3. Hindarilah merokok.

4. Perbanyak aktivitas fisik, seperti olahraga dan aktivitas lainnya. Read More..

Ileus Paralitik

DEFINISI
Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti.

Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.

PENYEBAB
Ileus mungkin disebabkan oleh :
- Suatu infeksi atau bekuan darah di dalam perut
- Aterosklerosis yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke usus
- Cedera pada pembuluh darah usus
- Kelainan di luar usus, seperti gagal ginjal atau kadar elektrolit darah yang abnormal (misalnya rendah kalium, tinggi kalsium)
- Obat-obat tertentu
- Kelenjar tiroid yang kurang aktif.

24-72 jam setelah pembedahan juga biasa terjadi ileus.

GEJALA
Gejala ileus adalah:
- kembung
- muntah
- sembelit yang berat
- kram perut.

DIAGNOSA
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, suara bising usus berkurang atau hilang sama sekali.

Foto rontgen perut menunjukkan lingkaran usus yang menggembung.

Kadang dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) untuk mengevaluasi keadaan.

PENGOBATAN
Pembentukan gas dan cairan karena ileus harus dihilangkan.
Kadang sebuah selang dimasukkan ke dalam usus besar melalui anus untuk mengurangi tekanan.
Selang lainnya yang dihubungkan dengan alat penghisap, dimasukan melalui hidung menuju ke lambung atau usus halus, untuk mengurangi tekanan dan peregangan.

Penderita tidak boleh makan atau minum apapun sampai krisisnya teratasi.

Cairan dan elektrolit diberikan melalui infus. Read More..

influenza

nfluenza adalah penyakit ikut yang menular, menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virusinfluenza.

Penyebab
Virus Influenza tipe A, B, dan C

Faktor Risiko
Siapa saja bisa, terutama jika itu terjadi dalam suatu komunitas (kantor, asrama, sekolahan). Ini bisa terjadi karena penyebaran virus melalui cairan yang keluar sewaktu penderita bersin, berbicara, dll. Apalagi jika kita berada dengan penderita dalam ruangan yang ber-AC (tertutup) dan tidak mendapat sinar matahari.

Namun demikian ada kelompok orang yang disebut berisiko tinggi, yaitu mereka yang menderita :
* penyakit paru menahun, seperti asma, emfisema, bronkitis kronik, bronkiektasi, tbc, atau fibrosis kistik
* penyakit jantung
* penyakit ginjal kronik
* penyakit kencing manis maupun gangguan metabolik menahun lainnya
* anemia berat
* mempunyai penyakit atau sedang menjalani terapi untuk menekan kekebalan tubuh
* berusia lebih dari 50 tahun

Patofisiologi
Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran napas. Jaringan menjadi bengkak dan meradang. Namun meskipun rusak jaringan ini akan sembuh dalam beberapa minggu.

Gejala dan Tanda
Meskipun influenza sering disebut penyakit pernapasan, namun penyakit ini bisa memberi pengaruh ke seluruh tubuh. Penderita secara tiba-tiba menjadi demam, letih, lesu, kehilangan selera makan, dan sakit kepala, belakang tangan dan kaki. Juga menderita sakit tenggorokan dan batuk kering, mual dan mata seperti terbakar. Panas bisa meningkat hingga 104 derajat Fahrenheit, tapi akan menurun setelah 2 hingga 3 hari.

Gejala saluran nafasnya sendiri bisa berupa pilek dan batuk.

Komplikasi
Untuk anak-anak dan orang dewasa, influenza adalah penyakit yang bisa sembuh sendiri dalam satu minggu. Namun untuk orang yang tidak sehat atau daya tahannya menurun, influenza bisa berakibat fatal.

Tanda-tanda yang disebutkan di atas bisa menjadi sangat parah, dan mungkin terjadi komplikasi seperti pneumonia, sinusitis, dan radang dalam telinga. Kebanyakan komplikasinya adalah infeksi kuman karena daya tahan tubuh menjadi menurun untuk melawan kuman-kuman yang masuk.

Pencegahan
Influenza bisa dicegah dengan menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan menjauhi penderita flu. Selain itu, bisa menggunakan vaksin flu. Vaksin flu sendiri harus digunakan setiap tahun sehubungan dengan seringnya virus flu bereplikasi.

Penatalaksanaan
Untuk influensa yang belum berkomplikasi, harap beristirahat dengan cukup di rumah agar tidak menjadi bertambah parah. Mungkin dibutuhkan waktu sekitar 2 hari setelah demam berlalu.

Bisa menggunakan obat flu yang dibeli bebas. Kalau flu sudah terkomplikasi dengan infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotika. Read More..

RJP ( Resusitasi Jantung Paru)

Resusitasi jantung paru tidak dilakukan pada semua penderita yang mengalami gagal jantung atau pada orang yang sudah mengalami kerusakan pernafasan atau sirkulasi yang tidak ada lagi kemungkinan untuk hidup, melainkan yang mungkin untuk hidup lama tanpa meninggalkan kelainan di otak5.Keberhasilan resusitasi dimungkinkan oleh adanya waktu tertentu diantara mati klinis dan mati biologis. Mati klinis terjadi bila dua fungsi penting yaitu pernafasan dan sirkulasi mengalami kegagalan total. Jika keadaan ini tidak ditolong akan terjadi mati biologis yang irreversibel. Resusitasi jantung paru yang dilakukan setelah penderita mengalami henti nafas dan jantung selama 3 menit, presentasi kembali normal 75 %tanpa gejala sisa. Setelah 4 menit presentasi menjadi 50 % dan setelah lima menit menjadi 25 %. Maka jelaslah waktu yang sedikit itu harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.Disamping mati klinis dan biologis dikenal dengan istilah mati social yaitu keadaan dimana pernafasan dan sirkulasi terjadi spontan atau secara buatan, namun telah mengalami aktifitas kortikal yang abnormal. Penderita dalam keadaan sopor atau koma tanpa kemungkinan untuk sembuh dan dinyatakan dalam keadaan vegetatif.Agar resusitasi dapat berjalan maksimal tentu saja memerlukan penolong yang cekatan dan terampil. Waktu satu menit sangat berguna dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita.II.1. Definisi Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali5.II.2. Anatomi dan Fisiologi Pemakaian oksigen dan pengeluaran karbon dioksida sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi normal selular didalam tubuh. Pemakaian tersebut melalui suatu proses pernafasan sehingga secara harfiah pernafasan dapat diartikan pergerakan oksigen dari atmosfer menuju sel ke udara bebas. Proses pernafasan terdiri dari beberapa langkah dimana sistem pernafasan, sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler memegang peranan yang sangat penting1.II.2.1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan udara mulai dari hidung hingga mencapai paru adalah : hidung, faring, laring, trakhea, bronkhus dan bronkhiolus1. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Kemudian udara mengalir ke faring menuju laring.Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otak dan mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat ruang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Permukaan posterior agak pipih dan letaknya tepat didepan esofagus.Bronkhus utama kanan dan kiri tidak simetris, yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan merupakan kelanjutan trakhea. Cabang utama bronkhus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkhus lobaris dan bronkhus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkhus yang ukurannya semakin kecil yang berakhir menjadi bronkhiolus terminalis.Oksigen pada proses pernafasan dipindahkan dari udara luar ke dalam jaringan dan stadium pertama ventilasi, yaitu masuknya campuran gas ke dalam dan keluar paru. Transportasi masuknya campuran gas yang keluar masuk paru terdiri dari beberapa aspek1, yaitu :1.Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru, dan antara darah sistemik dan sel jaringan.2.Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus.3.Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium yang ketiga adalah respirasi sel, yaitu saat dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbondioksida terbentuk sebagai sampah metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru- paru.II.2.2. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler Jantung merupakan salah satu organ yang terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua paru. Perikardium sendiri terbagi menjadi dua, yaitu perikardium parietalis dan pericardium visceralis. Perikardium parietalis melekat pada tulang dada sebelah depan dan kolumna vertebralis bagian belakang, sedangkan ke bawah pada diafragma. Perikardium visceralis langsung melekat pada permukaan jantung. Jantung sendiri terbagi dari 3 lapisan yaitu epikardium (lapisan terluar), miokardium (lapisan dalam) dan endokardium (lapisan terdalam)1. Ruangan jantung terbagi menjadi 2 bagian jantung bagian atas atrium dan ventrikel terletak sebelah bawah, yang secara anatomi mereka terpisah oleh suatu annulus fibrosus. Keempat katup jantung terletak dalam cincin ini. Secara fungsinal jantung terbagi menjadi dua yaitu alat pompa kanan dan alat pompa kiri yang memompa darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi. Fisiologi siklus jantung ventrikel kiri memompa darah ke aorta melalui katup semilunaris aorta, dari aorta darah akan dialirkan menuju arteri kemudian ke jaringan melalui cabang kecil arteri (arteriola), dari arteriola kemudian menuju ke venula. Kemudian akan melalui vena darah akan dialirkan ke atrium kanan, dari atrium kanan darah menuju ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis, dari ventrikel kanan kemudian darah dipompa menuju arteri pulmonalis melewati katup semilunaris pulmonalis. Dari arteri pulmonalis ke pulmo. Dari pulmo darah keluar melalui vena pulmonalis ke atrium kiri, dari atrium kiri kemudian menuju ventrikel kiri melalui katup bicuspidalis atau mitralis. Demikian seterusnya darah akan mengalir melalui siklus tersebut1.II.3. Etiologi Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang memungkinkan untuk hidup normal5.Adapun sebab henti nafas adalah :1.Sumbatan jalan nafasBisa disebabkan karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke belakang, pipa trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan akut glotis dan sekitarnya (sembab glotis, perdarahan).2.Depresi pernafasanSentral : obat, intoksikasi, Pa O2 rendah, Pa CO2 tinggi, setelah henti jantung, tumor otak dan tenggelam.Perifer : obat pelumpuh otot, penyakit miastenia gravis, poliomyelitis.Sebab- sebab henti jantung4,5 :P enyakit kardiovaskulerPenyakit jantung sistemik, infark miokardial akut, embolus paru, fibrosis pada sistem konduksi (penyakit lenegre, sindrom adams stokes, noda sinus atrioventrikulaer sakit).Kekurangan oksigen akutHenti nafas, benda asing di jalan nafas, sumbatan jalan nafas oleh sekresi, asfiksia dan hipoksia.Kelebihan dosis obat dan gangguan asam basaDigitalis, quinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin dan isoprenalin.KecelakaanSyok listrik dan tenggelam.Refleks vagalPeregangan sfingter anii, penekanan atau penarikan bola mata.Anestesi dan pembedahan.Terapi dan tindakan diagnostik medisSyok (hipovolemik, neurogenik, toksik dan anafilaktik) Kebanyakan henti jantung yang terjadi di masyarakat merupakan akibat penyakit jantung iskemik, 40 % mati mendadak. Dari penyakit jantung iskemik terjadi dalam waktu satu jam setelah dimulainya gejala dan proporsinya lebih tinggi, sekitar 60 % diantara umur pertengahan dan yang lebih muda. Lebih dari 90 % kematian yang terjadi di luar rumah sakit disebabkan oleh fibrilasi ventrikuler, suatu kondisi yang potensial reversibel1. BAB IIIPEMBAHASAN Henti jantung dan henti nafas bukanlah kejadian yang sering terjadi walaupun di Rumah Sakit. Pada banyak kasus sebenarnya kematian mendadak sebagai akibat sroke infark, kelebihan dosis obat dan trauma hebat, dapat dicegah bila tindakan resusitasi dilakukan secara tepat. Setiap tenaga kesehatan harus menguasai teknik resusitasi jantung paru. Pada tahun 1974, The American Association menerbitkan penuntun pertama teknik bantuan hidup ini kemudian direvisi pada tahun 1980, tahun 1986 di negara lain mengikutinya1,4. Pengajaran resusitasi jantung paru otak dibagi dalam 3 fase, yaitu : Bantuan Hidup Dasar (BDH), Bantuan Hidup Lanjut (BHL), Bantuan Hidup Jangka Lama. Dan dalam 9 langkah dengan menggunakan huruf abjad dari A sampai I2,5.Fase I : untuk oksigenasi darurat, terdiri dari (A) Airway Control : penguasaan jalan nafas. (B) Breathing Support : ventilasi bantuan dan oksigen paru darurat. (C) Circulatio Read More..
The Glasgow Coma Scale or GCS, sometimes also known as the Glasgow Coma Score is a neurological scale which aims to give a reliable, objective way of recording the conscious state of a person, for initial as well as continuing assessment. A patient is assessed against the criteria of the scale, and the resulting points give a patient score between 3 (indicating deep unconsciousness) and either 14 (original scale) or 15 (the more widely used modified or revised scale).

GCS was initially used to assess level of consciousness after head injury, and the scale is now used by first aid, EMS and doctors as being applicable to all acute medical and trauma patients. In hospital it is also used in chronic patient monitoring, in for instance, intensive care.

The scale was published in 1974 by Graham Teasdale and Bryan J. Jennett, professors of neurosurgery at the University of Glasgow. The pair went on to author the textbook Management of Head Injuries (FA Davis 1981, ISBN 0-8036-5019-1), a celebrated work in the field.

GCS is used as part of several ICU scoring systems, including APACHE II, SAPS II, and SOFA, to assess the status of the central nervous system. A similar scale, the Rancho Los Amigos Scale is used to assess the recovery of traumatic brain injury patients.Best eye response

There are 4 grades starting with the most severe:

1. No eye opening
2. Eye opening in response to pain. (Patient responds to pressure on the patient’s fingernail bed; if this does not elicit a response, supraorbital and sternal pressure or rub may be used.)
3. Eye opening to speech. (Not to be confused with an awaking of a sleeping person; such patients receive a score of 4, not 3.)
4. Eyes opening spontaneously

Best verbal response (V)

There are 5 grades starting with the most severe:

1. No verbal response
2. Incomprehensible sounds. (Moaning but no words.)
3. Inappropriate words. (Random or exclamatory articulated speech, but no conversational exchange)
4. Confused. (The patient responds to questions coherently but there is some disorientation and confusion.)
5. Oriented. (Patient responds coherently and appropriately to questions such as the patient’s name and age, where they are and why, the year, month, etc.)

Best motor response (M)

There are 6 grades starting with the most severe:

1. No motor response
2. Extension to pain (adduction of arm, internal rotation of shoulder, pronation of forearm, extension of wrist, decerebrate response)
3. Abnormal flexion to pain (adduction of arm, internal rotation of shoulder, pronation of forearm, flexion of wrist, decorticate response)
4. Flexion/Withdrawal to pain (flexion of elbow, supination of forearm, flexion of wrist when supra-orbital pressure applied ; pulls part of body away when nailbed pinched)
5. Localizes to pain. (Purposeful movements towards painful stimuli; e.g., hand crosses mid-line and gets above clavicle when supra-orbital pressure applied.)
6. Obeys commands. (The patient does simple things as asked.)

Interpretation

Individual elements as well as the sum of the score are important. Hence, the score is expressed in the form "GCS 9 = E2 V4 M3 at 07:35".

Generally, brain injury is classified as:

* Severe, with GCS ≤ 8 - that is also a generally accepted definition of a coma
* Moderate, GCS 9 - 12
* Minor, GCS ≥ 13.

Intubation and severe facial/eye swelling or damage, make it impossible to test the verbal and eye responses. In these circumstances, the score is given as 1 with a modifier attached e.g. 'E1c' where 'c' = closed, or 'V1t' where t = tube. A composite might be 'GCS 5tc'. This would mean, for example, eyes closed because of swelling = 1, intubated = 1, leaving a motor score of 3 for 'abnormal flexion'.

The GCS has limited applicability to children, especially below the age of 36 months (where the verbal performance of even a healthy child would be expected to be poor). Consequently the Paediatric Glasgow Coma Scale, a separate yet closely related scale, was developed for assessing younger children.

Revisions

* Glasgow Coma Scale: While the 15 point scale is the predominant one in use, this is in fact a modification and is more correctly referred to as the Modified Glasgow Coma Scale. The original scale was a 14 point scale, omitting the category of 'abnormal flexion'. Some centres still use this older scale, but most (including the Glasgow unit where the original work was done) have adopted the modified one.
* The Rappaport Coma/Near Coma Scale made other changes. Read More..

Minggu, 22 Maret 2009

UAN

Penulis Cuman pengen nyampein buat siswa yg pengen ngikuti UAN ( Ujian Akhir Nasional) buat selalu semangat belajar...
Jangan lupa berdoa..
Apalagi yg pengen lulus dengan nilai bagus trus lanjutin pendidikan ke jenjang mahasiswa...
ingat selalu minum vitamin C khususnya dan selalu makan buah2an misalnya jeruk, supaya ga gampang sakit.
Yang ingin masuk fakultas kedokteran, siap2 Y buat SPMB...
Persiapan yg lebih cepat lebih baik...
Maju terus putih abu2.... Read More..

Kamis, 19 Maret 2009

Anak Indigo

Sekedar Info aja...
Anak indigo mmg jadi pertanyaan besar saat ini...
blum ada penelitian yang membuktikan bagaimana struktur DNA yang dimiliki oleh para anak indigo...
banyak hal yang masih ganjil dimata kita semua, kenapa beberapa bulan terakhir ini muncul kumpulan anak-anak luar biasa yang tersebar di berbagai belahan dunia. Apakah ini pertanda bahwa kemajua umat manusia semakin meningkat? Dengan adanya kaum indigo ini mungkinkah akan membawa dampak yang positif, mungkinkah penyakit yang dahulunya tak dapat diobati tela mencapai titik terang???
inilah pertanyaan-pertanyaan yang saya sendiri blum tahu apa jawabannya... Read More..

Hasil Pencarian

 
Design by Amanda @ Blogger Buster